Strategi Vertikal CHEK: Dari Laba Fantastis Menuju Akuisisi Industri Diagnostik

Kinerja keuangan CHEK menunjukkan efisiensi dan profitabilitas tinggi, ditopang oleh wacana akuisisi yang bisa mengubah peta kompetisi nasional.

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 29 Juli 2025 - 10:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Divisi R&D CHEK menjadi tulang punggung inovasi produk diagnostik yang memperkuat margin laba perusahaan. (Dok. diastika.co.id)

Divisi R&D CHEK menjadi tulang punggung inovasi produk diagnostik yang memperkuat margin laba perusahaan. (Dok. diastika.co.id)

SPEKULASI mulai menyeruak di lantai bursa sejak awal Juli 2025, ketika nama PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK) muncul dalam diskusi tertutup soal potensi akuisisi startup diagnostik.

Tiga perusahaan rintisan lokal, termasuk salah satu berbasis teknologi molekuler di Bandung, disebut menjadi incaran untuk mengisi celah portofolio dan memperluas jejaring distribusi CHEK di luar Pulau Jawa.

Menurut sumber internal pasar, langkah ini tak lepas dari strategi manajemen baru setelah perseroan berhasil membalikkan posisi keuangan ke arah positif pada paruh pertama tahun ini.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ini bukan sekadar ekspansi, tapi sinyal bahwa CHEK ingin menguasai rantai pasok diagnostik dalam negeri secara vertikal,” ujarnya.

Meski belum diumumkan secara resmi, rumor ini diperkuat oleh laporan keuangan semester I/2025, yang menunjukkan lonjakan tajam laba dan penurunan utang secara signifikan.

Laba Bersih Melejit 459 Persen, Liabilitas Susut Tajam 31 Persen

Kinerja keuangan PT Diastika Biotekindo Tbk sepanjang semester I/2025 menjadi magnet utama perhatian investor ritel dan institusional.

Pendapatan naik dari Rp61,81 miliar menjadi Rp78,31 miliar atau tumbuh 26,68% secara tahunan (year-on-year/yoy), sebagaimana dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Senin (28/7/2025).

Beban pokok pendapatan memang turut naik menjadi Rp48,59 miliar dari Rp41,90 miliar, namun margin laba kotor tetap terjaga dengan pertumbuhan menjadi Rp29,71 miliar (naik 49,3%).

Laba usaha melonjak signifikan dari sebelumnya rugi Rp74,16 juta menjadi laba positif Rp6,11 miliar.

Peningkatan efisiensi operasional juga berdampak pada perbaikan laba sebelum pajak yang berubah dari rugi Rp1,46 miliar menjadi laba Rp5,25 miliar.

Posisi neraca juga membaik: total liabilitas perusahaan berkurang drastis dari Rp25,56 miliar (per 31 Desember 2024) menjadi hanya Rp17,66 miliar (per 30 Juni 2025).

Sementara aset perusahaan tercatat turun tipis menjadi Rp112,86 miliar dari sebelumnya Rp118,80 miliar, mencerminkan strategi restrukturisasi aset yang sedang berjalan.

Diastika Biotekindo: Jejak Sejarah, Kontrol Pemegang Saham, dan Arah Bisnis

Didirikan pada 17 Oktober 2002, PT Diastika Biotekindo Tbk (kode saham: CHEK) merupakan perusahaan bioteknologi medis yang memfokuskan bisnis pada penyediaan alat dan layanan laboratorium diagnostik klinis.

Sejak resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Desember 2021, emiten ini semakin agresif dalam pengembangan pasar alat uji molekuler dan reagen diagnostik.

Produk utamanya meliputi automated PCR systems, rapid test kits, serta layanan uji berbasis point-of-care.

Pemegang saham pengendali utama adalah PT Tritama Bina Cipta, yang menguasai lebih dari 30% saham dan terafiliasi dengan tokoh lama industri alat kesehatan nasional.

Selain itu, beberapa nama institusional dan investor perorangan mulai masuk sejak akhir 2023, termasuk dana pensiun milik BUMN farmasi dan investor asing berbasis di Singapura.

Salah satu pengarah utama strategi baru perusahaan adalah Direktur Utama CHEK, dr. Yulianto Hartono, yang menyatakan, “Kami ingin menjadikan CHEK sebagai champion regional dalam layanan diagnostik terintegrasi.”

Industri Diagnostik Kesehatan: Potensi Besar, Tapi Kompetisi Meningkat

Industri alat kesehatan dan layanan diagnostik di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 10–15% per tahun, seiring meningkatnya kesadaran preventif masyarakat pascapandemi.

Namun, pasar ini juga menghadapi tantangan kompetisi ketat dari pemain besar seperti Kalbe Farma, Prodia, dan Rajawali Nusindo, serta pemain Tiongkok yang menawarkan alat lebih murah.

CHEK saat ini memegang pangsa pasar sekitar 3–4% di segmen alat diagnostik berbasis PCR dan ELISA, berdasarkan data dari Frost & Sullivan Indonesia (2025).

Langkah strategis untuk memperluas basis produksi dalam negeri dan mengakuisisi perusahaan lokal menjadi strategi untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi biaya.

“Kalau mereka bisa membangun ekosistem sendiri, CHEK akan jadi pemain yang cukup berbahaya di 2026,” ujar analis dari CLSA Asia-Pacific.

Daftar 15 Pemegang Saham Terbesar CHEK per Juni 2025

1. PT Tritama Bina Cipta – 30,21%
2. Yulianto Hartono – 12,45%
3. PT Dana Investama Medika – 9,12%
4. PT Rajawali Global Equity – 7,01%
5. Dana Pensiun Farmasi Nasional – 5,82%

6. PT Indolife Capital – 4,34%
7. Bank Kesehatan Rakyat Indonesia – 3,12%
8. Fidelity Life Sciences Fund – 2,76%
9. PT Samudera Pacific Mandiri – 2,11%
10. Victor Wijaya – 1,89%

11. Hanif Setiawan – 1,56%
12. PT Biogenix Investama – 1,43%
13. PT Insan Medika Nusantara – 1,21%
14. PT Pratama Diagnostika – 0,98%
15. PT Intermedika Solusi – 0,78%.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Arahnews.com dan Haloagro.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Sentranews.com dan Indonesiaraya.co.id.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hellojateng.com dan Hariankarawang.com.

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Dari 82,3 ke 65,4, CSA Index September 2025 Alami Penurunan Tajam
BBCA Terperosok ke Rp7.950, Publik Masih Trauma Isu Bailout Lama
Kinerja Solid, BRI Bukukan Laba Rp 26,53 Triliun di Semester I 2025
Polemik Akuisisi BCA dan Bantahan Rosan: Menakar Arah Danantara Indonesia
Alarm BEI Bunyi! 103 Perusahaan Terkena Teguran Keras Investor Wajib Tahu
Pendapatan BUMI Naik Berkat Emas, Laba Bersih Turun Drastis dan Saham Masih Diminati
Regulasi Baru OJK Tekankan Pentingnya Internal Control di Pasar Modal Indonesia
GoTo Kunci Status ESG Terbaik Asia, Fokus Buyback dan Laba Positif Tahun Ini

Berita Terkait

Jumat, 12 September 2025 - 22:01 WIB

Dari 82,3 ke 65,4, CSA Index September 2025 Alami Penurunan Tajam

Selasa, 2 September 2025 - 07:29 WIB

BBCA Terperosok ke Rp7.950, Publik Masih Trauma Isu Bailout Lama

Kamis, 21 Agustus 2025 - 16:35 WIB

Kinerja Solid, BRI Bukukan Laba Rp 26,53 Triliun di Semester I 2025

Kamis, 21 Agustus 2025 - 08:37 WIB

Polemik Akuisisi BCA dan Bantahan Rosan: Menakar Arah Danantara Indonesia

Rabu, 20 Agustus 2025 - 10:05 WIB

Alarm BEI Bunyi! 103 Perusahaan Terkena Teguran Keras Investor Wajib Tahu

Berita Terbaru