INFOEMITEN.COM – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 609 miliar atau 20% dari laba bersih perseroan tahun buku 2022 yang sebesar Rp 3,04 triliun.
“RUPST Bank BTN memutuskan penggunaan laba bersih tahun buku 2022 akan dipergunakan sebesar 20% dibagikan sebagai dividen dan sebesar 80% ditetapkan sebagai laba ditahan,” kata Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu dalam konferensi pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis 16 Maret 2023.
Ia menjelaskan, dengan jumlah tersebut maka etiap pemegang saham akan memperoleh dividen tunai sebesar Rp 43,39 per lembar saham.
Tahun 2023, BBTN menargetkan kredit dan pembiayaan, serta Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8% hingga 10% secara year on year (yoy).
Baca Juga:
Gubernur Jakarta Pramono Anung Minta Tegur Pelindo Sekeras-kerasnya, Bikin Macet Tanjung Priok
Golkar Serahkan Ridwan Kamil ke Proses Hukum dalam Kasus BJB, Bahlil: Biarlah Semua Itu Berproses
Pefindo Catatkan Penerbitan Surat Utang Korporasi pada Januari – Maret 2025 Mencapai Rp46,7 Triliun
Perseroan menargetkan laba bersih tumbuh kisaran 8% hingga 10% yoy, serta Non-Performing Loan (NPL) Gross membaik pada kisaran 3,2% hingga 3%.
Untuk mencapai target tersebut, Nixon menyampaikan perseroan telah menetapkan arah kebijakan umum yaitu “Perluasan Bisnis Berbasis Ekosistem Perumahan”, diantaranya dengan mengoptimalkan kontribusi pada program KPR Subsidi dan meningkatkan KPR Non Subsidi.
Bank BTN fokus pada penghimpunan DPK Low Cost dengan meningkatkan Current Account Saving Account (CASA) pada segmen ritel dan institusi, serta membangun kapabilitas untuk peningkatan CASA pada segmen wholesale banking.
Selain itu, perseroan mengembangkan sumber pertumbuhan baru dengan mempercepat implementasi inisiatif digital banking dan digitalisasi proses secara masif, yang mendukung pengembangan bisnis berbasis ekonomi perumahan.
Baca Juga:
Bank BTN juga meningkatkan sumber fee berbasis layanan dan transaksional, terutama pada bisnis wealth management, digital banking dan corporate, serta mempercepat penyelesaian kredit macet dan melanjutkan inisiatif penjualan aset (asset sales) secara bulk.***