INFOEMITEN.COM – PT Kimia Farma Tbk( KAEF) membukukan kerugian bersih Rp 170,04 miliar pada tahun 2022, atau memburuk dibanding tahun 2021 yang meraih laba bersih Rp 302,27 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2022 telah audit yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia(BEI), Sabtu 1 Aril 2023, kerugian KAEF akibat turunnya penjualan.
Penjualan bersih turun 25,2 % menjadi Rp 9,606 triliun. Ini diakibatkan anjloknya penjualan obat generik sebesar 59,1% menjadi Rp 864,52 miliar. Selain itu, penjualan obat ethical produk pihak ketiga turun 4,2% menjadi Rp 2,961 triliun, dan penjualan alat kesehatan, jasa klinik, lab klinik turun 13,1% menjadi Rp1,776 triliun.
Bahkan tahun 2022, tidak lagi mencatatkan penjualan vaksin. Padahal pos ini mencapai Rp1,384 triliun pada tahun 2021.
Baca Juga:
Daftar Lengkap Instansi yangDinilai Kemenkeu Berprestasi di Bidang Pengelolaan Barang Milik Negara
Prabowo Subiato Sebut Kebutuhan Rumah yang Terjangkau Tak Usah Diseminarkan, Rakyat Butuh Segera
Holding BUMN MIND ID Ungkap Alasan Minta Pembatasan Jumlah Smelter Melalui Moratorium Perizinan
Baca konten artikel penting lainnya di media online Arahnews.com – salah satu portal berita terbaik di Indonesia
Walau beban pokok penjualan dapat ditekan 28,9% menjadi Rp 6,013 triliun, namun laba kotor turun 18,2% menjadi Rp 3,592 triliun.
Hal lain yang ikut menekan keuangan KAEF adalah beban usaha mencapai Rp 3,286 triliun. Dampaknya, laba usaha anjlok 43,3% menjadi Rp 558,07 miliar. Ditambah beban keuangan menyentuh Rp 520,6 miliar mengakibatkan laba sebelum pajak merosot 87,5% menjadi Rp 49,622 miliar.
Sementara itu, beban pajak penghasilan mencapai Rp143,94 miliar. Akibatnya, rugi tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan Rp94,326 miliar.
Baca Juga:
Sementara itu, penjualan obat over the counter pihak ketiga tumbuh 3,1% menjadi Rp1,845 triliun. Senada, penjualan obat generik pihak ketiga terkerek 2,08% menjadi Rp 977,22 miliar.
Sementara itu, total kewajibannaik 4,6% menjadi Rp 11,014 triliun. Salah satu pemicunya, utang bank jangka pendek bengkak menjadi Rp 4,304 triliun.
Ditambah utang jangka pajang yang jatuh tempo dalam satu tahun melonjak menjadi Rp2,073 triliun.***