INFOEMITEN.COM – Perusahaan di bidang perdagangan dan pengolahan aspal, serta jasa konstruksi, PT Xolare RCR Energy Tbk (IDX: SOLA) hari ini secara resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Keputusan untuk menjadi perusahaan go public ini tidak terlepas dari komitmen Perseroan pengembangan bisnis secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
“Pencatatan saham SOLA hari ini menjadi milestone penting bagi Perseroan untuk mengungguli kompetisi di bisnis perdagangan aspal dan jasa konstruksi.”
“Kami mengutamakan pertumbuhan usaha yang berkesinambungan, berkualitas dan ramah lingkungan,” kata Direktur Utama SOLA, Mochamad Bhadaiwi.
Baca Juga:
Terus Dorong Pelaku UMKM Naik Kelas, BRI Telah Salurkan Kredit Usaha Rakyat Rp158,6 Triliun
Pengusaha Diberi Kemudahkan dengan Dana Cair Hingga 4 Kali Sehari di BRIMerchant
Dari London Prabowo Subianto Lakukan Kunjungan Kenegaraan ke Dubai, Sebelum ke Tanah Air
Mochamad Bhadaiwi menyampaikan saat seremoni pencatatan perdana saham SOLA di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (8/5/2024).
Pada pencatatan perdana saham hari ini, SOLA yang masuk ke dalam kategori saham syariah tersebut menjadi perusahaan Tercatat ke-24 di BEI untuk tahun 2024.
Sebelumnya, perusahaan pemilik brand Xolare dan Xolabit ini sukses melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) sebanyak 656,25 juta lembar.
Bernilai nominal Rp20 per saham atau setara 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah IPO.
Baca Juga:
BRI Sabet Penghargaan Global di Singapura, Berkat Transformasi Digital Melalui BRIAPI
Sukses Bobol Pertahanan Arab Saudi, Prabowo Subianto: Terima Kasih, Tim Nasional Luar Biasa
Aksi korporasi yang berlangsung pada 2-6 Mei 2024 tersebut membanderol harga pelaksanaan IPO Xolare senilai Rp110 per saham, sehingga Perseroan berhasil menggalang dana sebesar Rp72,19 miliar.
Pada proses IPO SOLA, manajemen Perseroan menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi Efek.
Bhadaiwi mengungkapkan, sebanyak 71,22 persen dari dana hasil IPO —setelah dikurangi biaya-biaya emisi— akan digunakan untuk meningkatkan modal pada lima entitas usaha Xolare.
Adapun lima perusahaan tersebut adalah PT Xolabit Bitumen Industri (XBI), PT Aspal Polimer Emulsindo (APE), PT Modifikasi Bitumen Sumatera (MBS), PT Aplikasi Bitumen Indonesia (ABI) dan PT Bumiraya Energi Hijau (BEH).
Baca Juga:
Kembali Digelar, Bazar UMKM BRILiaN Bantu Berdayakan dan Perluas Pasar Pelaku Usaha
Kelompok Tani Selamatkan Lingkungan Bersama BRI Menanam – Grow & Green, Pulihkan Hutan Bekas Tambang
Sementara itu, sisa dana hasil IPO akan digunakan sebagai modal kerja Perseroan berupa pembelian persedian aspal, biaya operasional kantor, biaya marketing hingga biaya leasing kendaraan operasional.
Setelah sukses menggelar IPO dan mencatatkan saham di BEI, Bhadaiwi optimistis grup perusahaan akan semakin memiliki daya saing untuk memenangkan kompetisi di industri pengolahan aspal atau bitumen.
Terlebih lagi, lanjut dia, sejauh ini integrasi dan sinergi grup yang solid menjadi keunggulan kompetitif bagi SOLA yang memiliki orientasi pada upaya menciptakan kelestarian lingkungan di wilayah kerja Perseroan.
Selain itu, Xolare Group juga berkomitmen untuk melaksanakan seluruh pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan yang terjadi akibat aktivitas usaha, serta melakukan pengelolaan limbah.
Komitmen SOLA dalam menjalankan bisnis berwawasan lingkungan juga ditunjukkan bisnis APE dan MBS yang menjual aspal emulsi yang hemat bahan bakar dan ramah lingkungan.
Bahkan, saat ini SOLA sudah menyiapkan entitas anak untuk berbisnis di bidang konstruksi solar PV untuk keperluan on-grid di perumahan dan industry, serta off-grid di wilayah yang jauh dari akses PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Perseroan juga sedang mencermati pengembangan bio bitumen yang merupakan aspal dari produk sampingan pengolahan minyak nabati, sehingga lebih ramah lingkungan dan sustainable.
Bhadaiwi menambahkan, selama ini kebijakan penelitian dan pengembangan (R&D) yang dilakukan Perseoran memiliki tujuan untuk mengembangkan produk inovatif dan mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan konstruksi.
SOLA juga menetapkan area prioritas untuk kegiatan R&D, seperti peningkatan kualitas aspal, pengembangan teknologi konstruksi yang lebih efisien dan eksplorasi bahan-bahan alternatif yang ramah lingkungan.***