WIKA Rugi Rp1,66 Triliun: Kontraksi Proyek BUMN Konstruksi Capai Titik Kritis

Laporan semester I 2025 tunjukkan tekanan ganda: lemahnya kontrak baru dan inisiatif pembiayaan ulang utang berbasis kas internal.

Avatar photo

- Pewarta

Kamis, 31 Juli 2025 - 09:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kantor pusat Wijaya Karya di Jakarta jadi pusat koordinasi restrukturisasi dan reformasi keuangan 2025. (Dok. wika.co.id)

Kantor pusat Wijaya Karya di Jakarta jadi pusat koordinasi restrukturisasi dan reformasi keuangan 2025. (Dok. wika.co.id)

PT WIJAYA  Karya (Persero) Tbk atau WIKA, salah satu BUMN konstruksi terbesar Indonesia, melaporkan penurunan nilai kontrak baru secara signifikan pada semester I 2025.

Kontrak yang tercatat hanya senilai Rp4,33 triliun, atau turun 58 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp10,24 triliun.

Sekretaris Perusahaan WIKA, Ngatemin, menjelaskan bahwa pelemahan kontrak ini dipengaruhi oleh tekanan pasar infrastruktur dan penyesuaian fiskal pemerintah pusat.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kondisi pasar kami sudah tertekan dari tahun 2024, ditambah adanya kebijakan efisiensi melalui Inpres No 1 Tahun 2025,” jelas Ngatemin di Jakarta

Instruksi Presiden tersebut menetapkan penghematan anggaran pada sektor konstruksi untuk mengalihkan belanja negara ke sektor-sektor produktif dan layanan sosial dasar.

Pendapatan dan Laba Terpukul, Kerugian Bersih Capai Rp1,66 Triliun Semester Ini

Tidak hanya kontrak baru yang menurun, pendapatan WIKA juga melemah menjadi Rp5,85 triliun, turun 22 persen dibandingkan Rp7,53 triliun pada semester I 2024.

Penurunan pendapatan tersebut langsung berdampak pada bottom line perusahaan yang mencatat rugi bersih sebesar Rp1,66 triliun per akhir Juni 2025.

Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun lalu, WIKA masih mencatat laba sebesar Rp401,95 miliar menurut laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia.

Kerugian tersebut menurut manajemen disebabkan oleh kombinasi antara penurunan volume proyek, kenaikan beban bunga, dan proses restrukturisasi internal yang masih berlangsung.

“Perseroan sedang dalam proses transformasi fundamental untuk mencapai efisiensi biaya dan penguatan arus kas,” ungkap Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito.

WIKA Pangkas Utang Rp6,26 Triliun, Fokus ke Penyehatan Neraca dan Manajemen Aset

Di tengah tekanan pendapatan dan laba, WIKA mencatat pencapaian positif dalam penurunan beban utang usaha dari Rp39,9 triliun menjadi Rp33,6 triliun per semester I 2025.

Penurunan utang senilai Rp6,26 triliun tersebut dicapai melalui pelunasan obligasi sukuk dan utang bank senilai Rp5,60 triliun menggunakan kas internal.

Selain itu, utang kepada mitra kerja juga berhasil dikurangi sebesar Rp660 miliar, menurut pernyataan resmi perusahaan.

Penurunan kewajiban ini merupakan bagian dari delapan substream program penyehatan keuangan, dengan restrukturisasi sebagai fondasi utamanya yang difinalisasi sejak Februari 2024.

“Langkah ini mencerminkan pengelolaan kas operasional yang disiplin dan mandiri,” kata Ngatemin, sembari menyebut bahwa WIKA kini memiliki Divisi Asset Management yang fokus pada penagihan piutang.

Strategi Progresif: Kontrak Selektif dan Percepatan Cashflow Jadi Prioritas WIKA

Dalam menghadapi lanskap konstruksi yang lebih berhati-hati, WIKA mengubah strategi pengadaan proyek dengan mengutamakan sistem pembayaran berbasis progress bulanan.

Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi risiko proyek mangkrak dan menstabilkan arus kas operasional perusahaan di tengah pasar yang fluktuatif.

Hingga kuartal II 2025, WIKA mencatat Gross Profit Margin sebesar 8,67 persen dan EBITDA Margin sebesar 6,27 persen dari pendapatan kombinasi proyek KSO dan non-KSO.

Segmentasi pendapatan masih didominasi sektor infrastruktur dan bangunan dengan kontribusi 52 persen, disusul industri penunjang 24 persen dan energi 18 persen.

“Pemilihan proyek harus berdasarkan cashflow yang sehat, bukan hanya nilai kontrak yang besar di atas kertas,” ujar Ngatemin dalam forum internal perusahaan.

Analisis Strategis dan Implikasi Makro: Apa yang Dapat Dipelajari Investor dari Kasus WIKA

Sebagai entitas publik dan perpanjangan tangan pemerintah di sektor infrastruktur, performa WIKA merupakan barometer kepercayaan pasar terhadap kebijakan fiskal konstruksi Indonesia.

Penurunan kontrak bukan hanya soal efisiensi pemerintah, tetapi juga refleksi dari restriksi anggaran dan arah pembangunan nasional pasca-pandemi.

Langkah disiplin WIKA dalam menurunkan utang dan memperkuat arus kas menjadi model penting bagi BUMN lainnya di tengah tekanan likuiditas dan kenaikan biaya modal.

Bagi investor, fase koreksi yang dijalani WIKA justru bisa menjadi momentum untuk membangun ulang narasi pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan akuntabel.

Restrukturisasi yang dilakukan sejak 2024 tidak hanya menghindari gagal bayar, tetapi juga menjadi sinyal awal reformasi struktural di tubuh perusahaan milik negara.

Menanti Konsistensi Eksekusi, WIKA di Titik Balik Transformasi Struktural

Dengan segala dinamika fiskal dan pasar, WIKA kini berdiri di persimpangan antara efisiensi internal dan ekspektasi pemulihan nasional.

Keberhasilan jangka panjang akan ditentukan oleh ketepatan eksekusi strategi arus kas, pemilihan proyek sehat, dan kepatuhan pada prinsip tata kelola yang kuat.

Transformasi yang saat ini sedang berlangsung akan menjadi tolok ukur bagaimana perusahaan BUMN beradaptasi terhadap realitas fiskal baru yang lebih disiplin.

Satu hal yang pasti, era proyek besar tanpa perhitungan keuangan mendalam sudah lewat, dan WIKA tampaknya memahami hal itu lebih awal dari yang lain.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Arahnews.com dan Haloagro.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Sentranews.com dan Indonesiaraya.co.id.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hellojateng.com dan Hariankarawang.com.

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Dari 82,3 ke 65,4, CSA Index September 2025 Alami Penurunan Tajam
BBCA Terperosok ke Rp7.950, Publik Masih Trauma Isu Bailout Lama
Kinerja Solid, BRI Bukukan Laba Rp 26,53 Triliun di Semester I 2025
Polemik Akuisisi BCA dan Bantahan Rosan: Menakar Arah Danantara Indonesia
Alarm BEI Bunyi! 103 Perusahaan Terkena Teguran Keras Investor Wajib Tahu
Pendapatan BUMI Naik Berkat Emas, Laba Bersih Turun Drastis dan Saham Masih Diminati
Regulasi Baru OJK Tekankan Pentingnya Internal Control di Pasar Modal Indonesia
GoTo Kunci Status ESG Terbaik Asia, Fokus Buyback dan Laba Positif Tahun Ini

Berita Terkait

Jumat, 12 September 2025 - 22:01 WIB

Dari 82,3 ke 65,4, CSA Index September 2025 Alami Penurunan Tajam

Selasa, 2 September 2025 - 07:29 WIB

BBCA Terperosok ke Rp7.950, Publik Masih Trauma Isu Bailout Lama

Kamis, 21 Agustus 2025 - 16:35 WIB

Kinerja Solid, BRI Bukukan Laba Rp 26,53 Triliun di Semester I 2025

Kamis, 21 Agustus 2025 - 08:37 WIB

Polemik Akuisisi BCA dan Bantahan Rosan: Menakar Arah Danantara Indonesia

Rabu, 20 Agustus 2025 - 10:05 WIB

Alarm BEI Bunyi! 103 Perusahaan Terkena Teguran Keras Investor Wajib Tahu

Berita Terbaru